Wudlu atau sesuci adalah salah satu amalan ubudiyah yang sangat penting, sebab wudlu mempunyai banyak fungsi diantaranya menjadi syarat sahnya sholat, memegang mushaf (al-Qur'an) dan lain sebagainya.
adapun rukun atau hal yang harus dikerjakan dalam berwudlu adalah :
1. Niat ketika membasuh muka
2. membasuh muka
3. membasuh kedua tangan
4. mengusap sebagian kepala
5. membasuh kedu kaki
6. berturut-turut
adapun pengerjaannya disunnahkan 3 (tiga) kali pada setiap bagian dan disunnahkan pula mengusap kedua telinga.
niatnya wudlu adalah :
نويت الوضوء لرفع الحدث الاصغر فرضا لله تعالى
nawaitul wudlu a li rof'i hadatsil ashghori fardhol lillahi ta'ala
selesai melakukan wudhu, disunnahkan membaca do'a sembari mengangkat tangan dan menghadap kiblat
adapun do'anya sebagai berikut:
اشهد ان لا اله الاالله وحده لا شريك له, واشهد ان محمدا عبده ورسوله
اللهم اجعلنى من التوبين واجعلنى من المتطهرين واجعلنى من عبادك الصالحين
سبحانك اللهم وبحمدك استغفرك واتوب اليك
Asyhadu alla ilaha illa Allahu wahdahu la syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu warosuluh
Allahummaj'alni mina tawwabina waj'alni minal mutatohhirin waj'alni min 'ibadika sholihin
subhanakallohumma wabihamdika astaghfiruka wa atubu ilaik
Hal-hal yang membatalkan wudlu:
1. Keluarnya sesuatu dari jalan depan (qubul) atau jalan belakang (dubur) kecuali air mani
2. Hilang akal (ingatannya) sebab : tidur, gila, mabuk dan ayan. adapun tidur yg tidak membatalkan wudlu adalah yang tidurnya secara duduk pada tempat yang rata dan keras.
3. bersentuhan dengan lawan jenis tanpa menggunakan penutup (kulit dan kulit)
4. menyentuh qubul dan dubur manusia dengan menggunakan telapak tangan dan jari.
Islam ala Madzhab Ahlussunah Wal Jama’ah
adalah sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran tidak hanya Al-Qur’an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
adalah sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran tidak hanya Al-Qur’an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.